Arrrgghhhh.. selalu seperti ini tiap kali pulang liburan. Males nulis, cuma bisa ngelamun...atau ya, liat-liat foto dan videonya berulang-ulang.
Cuma, saya sudah terlanjur janji sama beberapa kawan, untuk membagi oleh-oleh trip kemarin di sini. Ok deh, yuk mari kita mulai.
Jumat pagi, check out dari Sheraton Bandung jam 07:30, naik travel jam 08:30, sampai Bintaro jam 11:00. Tadinya cuma mau tuker koper dari Bandung dengan tas yang akan di bawa ke Lampung. Tapi yaaah akhirnya saya packing ulang. Bongkar lagi... supaya perlengkapan snorkling bisa diangkut. Yes, saya niat bener snorkling di Kiluan sampai saya beli fin-masker-snorkel Cressi di www.alatselam.com minggu sebelumnya. Dan terbukti nanti, saya tidak menyesal...
Berangkat ke Bandar Lampung, dengan GA108. Boarding on time, tapi take-off terlambat satu jam! Banyak pesawat antri buat terbang di landasan. Waktu saya lihat dari jendela, di belakang GA108 yang saya tumpangi, masih ada lima pesawat antri... Ampuun!!
Rombongan kali ini terdiri dari saya, Ira, Icha, Ina, mami (emaknya Ira), dan ibuk. Trip kali ini adalah untuk kesekian kalinya liburan saya bareng Ira, Icha, dan Ina.
Jumat malam, kami nginep di htl Amalia dulu di Bandar Lampung. Lumayan, ketemu Sule. Tulisan ttg Sule, ada di jurnal setelah ini ya.
Sabtu pagi, jam 07:30 kami meluncur ke Teluk Kiluan. Dari Bandar Lampung ke Teluk Betung, jalan mulus. Masuk wilayah Lempasing terus ke Punduh Pedada, jalan mulai menyempit. Berkelok-kelok dan naik turun. Kadang berlumpur, sering juga berbatu.
Sepanjang perjalanan, kami disuguhi pemandangan hutan hijau di kanan kiri jalan, selang seling dengan perkebunan kopi atau coklat. Sesekali akan terlihat laut biru yang luas, di sebelah kiri tebing-tebing jalan yang kita lalui. Terlihat juga tambak udang di sisi kiri jalan, langsung berbatasan dengan laut.
Ada pemandangan unik beberapa kilometer menjelang Kiluan. Saya sempat melihat ada perkampungan adat Bali, lengkap dengan gapuranya yang khas, juga kain sarung kotak-kotak hitam putih dan kain kuning di depan setiap rumah. Menurut pak Tony, supir kami, ada kurang lebih 30 kk Bali di desa itu.
Kira-kira jam 11:30, kami tiba di wilayah ekowisata kampung Bandung, Kiluan. Setelah melalui perjalanan yang cukup melelahkan, keindahan Teluk Kiluan terlihat di depan mata. Takjub dan bahagia, itulah dua kata yang mewakili perasaan kami ketika pertama kali tiba. Sejauh mata memandang ke depan membentang birunya laut, memandang ke belakang hijaunya hutan pegunungan Bukit Barisan.
Alhamdulillah, sepanjang perjalanan Icha dan Ina tidak rewel. Walaupun sempat Icha bertanya berapa jam lagi, ma? hahahaha
Di tempat pemberhentian mobil, kami masih harus naik perahu jukung selama kurang lebih 10 menit, untuk menuju Pondok Anak Abah tempat kami akan menginap. Sebenarnya, di pinggir pantai itu saya lihat beberapa rumah panggung (istilahnya homestay) yang disewakan. Namun sayang, tampak kurang terawat dan terlihat seadanya.
Pondok Anak Abah berhadapan langsung dengan Pulau Kelapa. Selesai dibangun bulan September 2011, bangunan ini layak pakai walaupun sederhana. Fasilitasnya kamar lengkap dengan tempat tidur dan furniture, kamar mandi, air bersih/tawar, listrik kalau malam, dan makan (pagi-siang-malam) atau tergantung permintaan.
Pantai di depan pondok, bersih dan landai, berpasir putih, ombak yang tenang, air yang jernih, dan ikannya banyak. Suasananya hening, hanya terdengar debur ombak, dan sesekali suara perahu motor. Eh tapi kadang terdengar jeritan Icha dan Ina yang main pasir di pantai. Cocok sekali untuk tempat istirahat. Dan jangan harap bisa ada sinyal hape atau tivi di sana yaa....
Kami menghabiskan siang dan sore dengan tidur-tiduran di hammock, bermain di pantai, minum teh hangat. Ahhh, nikmatnya... Puas main di pantai, saya tidur dengan sukses... Rugi sebenernya, sampai sana malah tidur. Tapi siapa yang bisa menahan nikmatnya angin sepoi-sepoi?
Makan malam kami, berupa ikan bakar yang beratnya 5 kg, dengan panjang kurang lebih satu meter. Orang sana menyebutnya ikan lemadang. Nasi liwet masakan Kang Tatang, merupakan nasi liwet paling enak yang pernah saya makan. Gurih, dengan bumbu yang royal, tingkat kematangan yang pas, dan aroma yang harum. Hmmm saya nambah tiga kali lho... #jujur
Jam sembilan malam, kami sudah pergi tidur, supaya bisa bangun pagi untuk atraksi utama liburan ini.
Yaah, namanya udah biasa tidur maksimal lima jam, walhasil saya bangun jam dua dini hari. Sunyi senyap.. cuma terdengar debur ombak, suara genset dan jangkrik. Sesekali, suara anjing menggonggong. Saya tidur lagi sampai subuh.
Mulai setengah enam, kami bersiap untuk melihat lumba-lumba. Ganti baju, pakai sunblock, siapin tas untuk bawa minum, snack, dan kamera. Ohya, kang Tatang juga membagikan life jacket untuk peserta. Kami (saya, Ira, dan Icha) semua bisa berenang, tapi memastikan semua peserta memakai life jacket merupakan SOP nomor satu. Bagaimana tidak? Kami akan keluar dari Teluk Kiluan yang tenang, menuju perairan Samudra Hindia yang ombaknya garang.
Kami berangkat kira-kira jam enam pagi, menuju tempat atraksi kurang lebih 30 menit. Bersama kami, ada kurang lebih lima perahu lain, dari rombongan berbeda. Patokan lokasinya kurang lebih setelah laut melewati batas daratan terakhir, dilihat yang lurus dari tempat kita.
Kami menunggu kira-kira lima menit, sebelum lumba-lumba pertama muncul. Setelahnya, lumba-lumba susul menyusul menari, melompat, sendiri-sendiri maupun rombongan. Haduuuh, saya tidak bisa menggambarkan perasaan saya saat itu. Melihat lumba-lumba yang cantik itu demikian dekat dengan saya. Tidak putus-putus kami mengucap: Masya Allah... Subhanallah... dan juga tepuk tangan serta teriak-teriak memanggil. Kabarnya, semakin ramai kami tepuk tangan, semakin beraksi. Dan itu terbukti... susul menyusul mereka muncul ke permukaan... berenang, dan susul menyusul dengan perahu kami. Kami kembali ke teluk setelah matahari mulai tinggi. Lumba-lumba tidak mau muncul kalau sudah siang dan panas. Ahhh, belum puas rasanya... Maafkan kalau di video ini, suara yang terdengar sangat 'liar'... maklum, emosi jiwa, tidak kuasa menahan rasa...
Jam delapan, tiba di pondokan, baru terasa lapar. Alhamdulillah nasi uduk, ayam-tahu-tempe goreng masakan kang Tatang sudah tersedia. Wuuiiiih, enaknya.
Kegiatan berikutnya adalah: snorkling. Kami bertiga bawa alat masing-masing, walaupun pondok menyediakan alat buat disewa. Tapi berdasarkan pengalaman, saya jarang sekali dapat peralatan dengan ukuran pas, kecuali waktu ikut Carbonate Field Trip ke Pulau Seribu bersama Cliff Jordan dulu sekali.
Haduuuh, senangnya saya snorkling di sana. Tidak perlu jauh-jauh ke tengah naik perahu, kami sudah menjumpai terumbu karang, yang dihuni ikan, kecil dan besar dalam jumlah banyak, dengan warna beragam. Ada ikan badut, ikan injel, kakap kecil, lobster... dan jenis-jenis ikan yang saya tidak tau namanya..
Bertiga kami snorkling, berdekatan, berebutan saling tunjuk ikan-ikan yang berenang di sekeliling kami. Sayang sekali, kami tidak bisa lama-lama di air, karena jemputan kami akan datang jam 10. huhuhu belum puas nih...
Kami sepakat, satu malam di Kiluan masih kurang, dan kami ingin ke sana lagi secepatnya.
Oh iya, ini gambaran biaya yang kami keluarkan kemarin:
Pesawat JKT-TKG v.v +/- 700 ribu per orang (GA), hotel di bandar lampung 800 ribu/malam, transport darat ke kiluan 800 ribu v.v (mobil tergantung persediaan, kemarin pakai Xenia dan APV), perahu ke Pondok Anak Abah 5 ribu per orang sekali jalan, perahu untuk lihat dolphin 250 ribu sekali jalan buat 3 orang, penginapan 400 ribu/malam (termasuk bahan bakar genset) per malam, sekali makan 20 ribu per orang.
Untuk info lebih lengkap, silakan hubungi:
Teh Empat +62 813 79600033
Kang Tatang +62 821 85393027
twitter @kiluandolphin