Pages

Thursday, December 29, 2011

2011 Highlights

Jumat terakhir di 2011, waktunya untuk review resolusi 2011.  Hasilnya, down performance!  Sama sekali gak bagus... padahal udah dibuat simple dan jelas ukurannya.

Kilas balik ke akhir 2010/awal 2011, saya sempat bikin resolusi 2011.  Cuma ada tiga poin, yaitu:

  • pengen belajar satu alat musik --- gagal, belum terlaksana
  • sertifikasi diving --- baru tahap awal belajar, cuma ikutan discovery diving
  • bikin 40 masakan --- berhasil bikin 34, gak terlalu buruk lah, 85% dari target

Di luar itu, hasilnya lumayan.  Lebih sering pelesir, lebih bisa ngatur jam kerja dan berdamai sama si ganteng yang bengis, lebih rajin olah raga, dan lebih sering menghabiskan waktu sama ibu. 

Alhamdulillah.  Thank you, Allah.  For giving me a healthy, mind-body-and soul.

Ternyata Masih Kuat...

Lari 5 km!
Semua berawal dari ajakan Aris untuk ikutan Jakarta Globe 5K Fun Run.  Iming-iming doorprize mobil, saya dan Ira daftar.  Cuma dengan 30 ribu saja, dapat voucher makan siang.  Lumayan...
Tanggal 18 Desember, jam 05:30 kami berangkat dari Bintaro.  Padahal, berangkat kerja pun tidak pernah sepagi ini.  Saya parkir mobil di kantor, dan jalan kaki ke venue Fx.  Di sana, sudah ada tenda panitia, dan kami daftar ulang.
Rencana start jam 06:30, molor sampai jam 07:00.  Gak enak sebenernya, karena udah agak panas dan banyak mobil.
Gak disangka, saya masih kuat lari.  Padahal terakhir jogging serius itu waktu saya masih tinggal di Duri.  Waktu saya masih di bawah 40 menit untuk jarak 5 km...hehehe jangan dibandingin dengan Aris yang 'gila' lari, dan waktu tempuhnya 25 menit saja.
Emang dari dulu udah tau sih, kalau olah raga itu bikin badan sehat.  Tapi bukti nyata yang saya rasakan setelah ikut lari 5km ini, saya gak lagi ingusan karena alergi dingin setiap pagi.  Alhamdulillah...
Ini fotonya.. diambil dari Jakarta Globe.com
Saya dan Ira ada di bagian bawah sebelah kanan... kecil aja! hahaha
Jakarta Globe 5K

Tuesday, December 6, 2011

Antara Beckham, Sule, dan Pepi...

Judulnya lebay yah.  Masa Sule dan Pepi dibandingin sama David Beckham.  Ada sih persamaannya, sama-sama manusia.  Disclaimer: tulisan ini benar-benar bersifat subyektif, berdasarkan pengalaman pribadi saya kecuali David Beckham yang cuma saya lihat di tivi.

Minggu kemarin, heboh dengan kedatangan David Beckham.  Beritanya ada di mana-mana.  Koran, tipi, internet, dan radio.  Bahkan, Syahrini bela-belain nemenin Beckham sampai tiga hari.  Kabarnya, Syahrini dandan a la Posh Spice alias Victoria istri Beckham supaya Beckham feels like home.  Ih, kalo saya jadi Beckham atuh mending ajak istri sekalian daripada orang lain dandan seperti istrinya.  Terus, saya lihat di tv, Beckham itu murah senyum yah.. dadah sama orang dan penggemarnya, terus sempat juga salaman sama penggemar yang mendekat.  Padahal, waktu itu sekuriti dan body guardnya nempel ketat banget.  Seneng juga lihatnya yah, orang yang sekaliber dia terlihat low profile dan tidak sombong.

Liat deh ini fotonya yang masih terus melambai dari dalam bus:

Hari Jumat malam, saya ke Bandar Lampung dan bermalam di hotel Amalia.  Rupanya malam itu, ada rombongan Sule + OVJ, beserta kru Trans7. Kebetulan mamak mamak di rombongan saya (ibu dan mami) adalah penggemar Sule.  Mami bahkan sempat bilang, waah kalo bisa mau foto bareng Sule.  Setelah taro barang di kamar, kami turun untuk makan malam.  Rupanya, pihak Trans7 sudah siap dengan kameranya di bawah untuk menyambut Sule and the gank.  Kecele mereka, waktu pintu lift terbuka yang keluar ternyata saya dan rombongan. Hahahahaha...

Waktu itu, orang hotel bilang Sule masih di lantai 2 buat konferensi pers.  Mami dan ibu minta kami tunggu di lobby, karena mereka berdua betul-betul ingin lihat Sule.  Saya mah biasa aja, fans bukan, sebel juga kagak.

Lift bunyi, tanda ada yang turun.  Kru tivi pun bersiap.  Kali ini yang keluar adalah Sule dan rombongan.  Tapi...wajh Sule terlihat datar, tidak ada senyum, tidak ada dadah dadah apalagi mau diajak salaman.  Sule berjalan lurus, melihat ke depan dan maaf, terlihat angkuh sekali.  Sule sama sekali tidak meladeni panggilan-panggilan penggemarnya yang ada di lobby hotel. Blaas, sama sekali gak mau nengok.  Selain Sule, di situ ada juga Andre, yang malah terlihat santai, dan senyum ke kami.  Duuh, mami dan ibu kecewa.  Sedih rasanya, lihat senyum dari wajah-wajah tua itu berangsur menghilang.  Terus mami bilang: ee, sombong betul Sule tu... udah lah, mami gak nge-fans lagi.  Harusnya Sule paham yah, dia gak akan setenar sekarang kalau bukan karena penggemarnya.

Minggu sorenya, kami pulang ke Jakarta.  Kebetulan kami satu pesawat dengan Pepi the Explorer.  Di ruang tunggu bandara, Pepi berdiri tidak jauh dari tempat kami duduk.  Kakak Icha lihat, dan bilang ke saya: tante nining, Icha boleh gak foto sama Pepi?  Trus, saya minta Icha untuk ijin langsung ke Pepi, tapi Icha malu.  Akhirnya saya panggil Pepi: "Oom Pepi, kak Icha mau foto boleh tak?"  Ehhh, tau gak, Pepi langsung datang mendekati Icha... terus Icha diajak berdiri di sebelahnya.  Gak lama, mama Ira dan adek Ina ikutan.  Saya cuma sibuk foto-foto mereka berempat pakai hape Icha.  Selesai foto, Pepi tidak langsung pergi.  Dengan sabar, Pepi menunggu Icha melihat hasil fotonya di hape.  Mama Ira juga sempat ngobrol sama Pepi, dan saya sempat dengar obrolan2 lucu dari mereka berdua.  Pepi cerita kalau dia juga dari Kiluan, lihat dolphin... juga ke Krakatau.

Nah, liat Pepi ini hawanya adem, dan beneran lucu.  Sama anak-anak pun dia ramah.  Padahal kalau dilihat tampangnya kan serem yah, badannya besar, jenggot dikuncir.  Mana pakai baju hitam pula...  Herannya, anak kecil gak takut dekat-dekat dia.  Hal ini terulang di tempat ambil bagasi di Cengkareng.  Lagi-lagi Pepi dikerumuni anak-anak kecil.

Senang rasanya kalau liat orang terkenal seperti Beckham dan Pepi yang tetap membumi, ramah kepada penggemar, dan tidak lupa asal-usulnya.

 

note: foto dari berbagai sumber

Teluk Kiluan, Surga Lumba-lumba di Lampung Selatan

Arrrgghhhh.. selalu seperti ini tiap kali pulang liburan.  Males nulis, cuma bisa ngelamun...atau ya, liat-liat foto dan videonya berulang-ulang.

Cuma, saya sudah terlanjur janji sama beberapa kawan, untuk membagi oleh-oleh trip kemarin di sini.  Ok deh, yuk mari kita mulai.

Jumat pagi, check out dari Sheraton Bandung jam 07:30, naik travel jam 08:30, sampai Bintaro jam 11:00.  Tadinya cuma mau tuker koper dari Bandung dengan tas yang akan di bawa ke Lampung.  Tapi yaaah akhirnya saya packing ulang.  Bongkar lagi... supaya perlengkapan snorkling bisa diangkut. Yes, saya niat bener snorkling di Kiluan sampai saya beli fin-masker-snorkel Cressi di www.alatselam.com minggu sebelumnya.  Dan terbukti nanti, saya tidak menyesal...

Berangkat ke Bandar Lampung, dengan GA108.  Boarding on time, tapi take-off terlambat satu jam! Banyak pesawat antri buat terbang di landasan.  Waktu saya lihat dari jendela, di belakang GA108 yang saya tumpangi, masih ada lima pesawat antri... Ampuun!!

Rombongan kali ini terdiri dari saya, Ira, Icha, Ina, mami (emaknya Ira), dan ibuk.  Trip kali ini adalah untuk kesekian kalinya liburan saya bareng Ira, Icha, dan Ina.

Jumat malam, kami nginep di htl Amalia dulu di Bandar Lampung.  Lumayan, ketemu Sule.  Tulisan ttg Sule, ada di jurnal setelah ini ya.

Sabtu pagi, jam 07:30 kami meluncur ke Teluk Kiluan.  Dari Bandar Lampung ke Teluk Betung, jalan mulus.  Masuk wilayah Lempasing terus ke Punduh Pedada, jalan mulai menyempit.  Berkelok-kelok dan naik turun.  Kadang berlumpur, sering juga berbatu. 

Sepanjang perjalanan, kami disuguhi pemandangan hutan hijau di kanan kiri jalan, selang seling dengan perkebunan kopi atau coklat.  Sesekali akan terlihat laut biru yang luas, di sebelah kiri tebing-tebing jalan yang kita lalui.  Terlihat juga tambak udang di sisi kiri jalan, langsung berbatasan dengan laut.

Ada pemandangan unik beberapa kilometer menjelang Kiluan.  Saya sempat melihat ada perkampungan adat Bali, lengkap dengan gapuranya yang khas, juga kain sarung kotak-kotak hitam putih dan kain kuning di depan setiap rumah.  Menurut pak Tony, supir kami, ada kurang lebih 30 kk Bali di desa itu.

Kira-kira jam 11:30, kami tiba di wilayah ekowisata kampung Bandung, Kiluan.  Setelah melalui perjalanan yang cukup melelahkan, keindahan Teluk Kiluan terlihat di depan mata. Takjub dan bahagia, itulah dua kata yang mewakili perasaan kami ketika pertama kali tiba. Sejauh mata memandang ke depan membentang birunya laut, memandang ke belakang hijaunya hutan pegunungan Bukit Barisan.

Alhamdulillah, sepanjang perjalanan Icha dan Ina tidak rewel.  Walaupun sempat Icha bertanya berapa jam lagi, ma? hahahaha

Di tempat pemberhentian mobil, kami masih harus naik perahu jukung selama kurang lebih 10 menit, untuk menuju Pondok Anak Abah tempat kami akan menginap.  Sebenarnya, di pinggir pantai itu saya lihat beberapa rumah panggung (istilahnya homestay) yang disewakan.  Namun sayang, tampak kurang terawat dan terlihat seadanya.

Pondok Anak Abah berhadapan langsung dengan Pulau Kelapa.  Selesai dibangun bulan September 2011, bangunan ini layak pakai walaupun sederhana.  Fasilitasnya kamar lengkap dengan tempat tidur dan furniture, kamar mandi, air bersih/tawar, listrik kalau malam, dan makan (pagi-siang-malam) atau tergantung permintaan.

Pantai di depan pondok, bersih dan landai, berpasir putih, ombak yang tenang, air yang jernih, dan ikannya banyak.  Suasananya hening, hanya terdengar debur ombak, dan sesekali suara perahu motor.  Eh tapi kadang terdengar jeritan Icha dan Ina yang main pasir di pantai.  Cocok sekali untuk tempat istirahat.  Dan jangan harap bisa ada sinyal hape atau tivi di sana yaa....

Kami menghabiskan siang dan sore dengan tidur-tiduran di hammock, bermain di pantai, minum teh hangat.  Ahhh, nikmatnya...  Puas main di pantai, saya tidur dengan sukses... Rugi sebenernya, sampai sana malah tidur.  Tapi siapa yang bisa menahan nikmatnya angin sepoi-sepoi?

Makan malam kami, berupa ikan bakar yang beratnya 5 kg, dengan panjang kurang lebih satu meter.  Orang sana menyebutnya ikan lemadang.  Nasi liwet masakan Kang Tatang, merupakan nasi liwet paling enak yang pernah saya makan.  Gurih, dengan bumbu yang royal, tingkat kematangan yang pas, dan aroma yang harum.  Hmmm saya nambah tiga kali lho... #jujur

Jam sembilan malam, kami sudah pergi tidur, supaya bisa bangun pagi untuk atraksi utama liburan ini.

Yaah, namanya udah biasa tidur maksimal lima jam, walhasil saya bangun jam dua dini hari.  Sunyi senyap.. cuma terdengar debur ombak, suara genset dan jangkrik.  Sesekali, suara anjing menggonggong.  Saya tidur lagi sampai subuh.

Mulai setengah enam, kami bersiap untuk melihat lumba-lumba.  Ganti baju, pakai sunblock, siapin tas untuk bawa minum, snack, dan kamera.  Ohya, kang Tatang juga membagikan life jacket untuk peserta.  Kami (saya, Ira, dan Icha) semua bisa berenang, tapi memastikan semua peserta memakai life jacket merupakan SOP nomor satu.  Bagaimana tidak?  Kami akan keluar dari Teluk Kiluan yang tenang, menuju perairan Samudra Hindia yang ombaknya garang.

Kami berangkat kira-kira jam enam pagi, menuju tempat atraksi kurang lebih 30 menit.  Bersama kami, ada kurang lebih lima perahu lain, dari rombongan berbeda.  Patokan lokasinya kurang lebih setelah laut melewati batas daratan terakhir, dilihat yang lurus dari tempat kita. 

Kami menunggu kira-kira lima menit, sebelum lumba-lumba pertama muncul.  Setelahnya, lumba-lumba susul menyusul menari, melompat, sendiri-sendiri maupun rombongan.  Haduuuh, saya tidak bisa menggambarkan perasaan saya saat itu.  Melihat lumba-lumba yang cantik itu demikian dekat dengan saya.  Tidak putus-putus kami mengucap: Masya Allah... Subhanallah... dan juga tepuk tangan serta teriak-teriak memanggil.  Kabarnya, semakin ramai kami tepuk tangan, semakin beraksi.  Dan itu terbukti... susul menyusul mereka muncul ke permukaan... berenang, dan susul menyusul dengan perahu kami.  Kami kembali ke teluk setelah matahari mulai tinggi.  Lumba-lumba tidak mau muncul kalau sudah siang dan panas.  Ahhh, belum puas rasanya...  Maafkan kalau di video ini, suara yang terdengar sangat 'liar'... maklum, emosi jiwa, tidak kuasa menahan rasa...

Jam delapan, tiba di pondokan, baru terasa lapar.  Alhamdulillah nasi uduk, ayam-tahu-tempe goreng masakan kang Tatang sudah tersedia.  Wuuiiiih, enaknya. 

Kegiatan berikutnya adalah: snorkling.  Kami bertiga bawa alat masing-masing, walaupun pondok menyediakan alat buat disewa.  Tapi berdasarkan pengalaman, saya jarang sekali dapat peralatan dengan ukuran pas, kecuali waktu ikut Carbonate Field Trip ke Pulau Seribu bersama Cliff Jordan dulu sekali.

Haduuuh, senangnya saya snorkling di sana.  Tidak perlu jauh-jauh ke tengah naik perahu, kami sudah menjumpai terumbu karang, yang dihuni ikan, kecil dan besar dalam jumlah banyak, dengan warna beragam.  Ada ikan badut, ikan injel, kakap kecil, lobster... dan jenis-jenis ikan yang saya tidak tau namanya..

Bertiga kami snorkling, berdekatan, berebutan saling tunjuk ikan-ikan yang berenang di sekeliling kami.  Sayang sekali, kami tidak bisa lama-lama di air, karena jemputan kami akan datang jam 10. huhuhu belum puas nih...

Kami sepakat, satu malam di Kiluan masih kurang, dan kami ingin ke sana lagi secepatnya.

Oh iya, ini gambaran biaya yang kami keluarkan kemarin:

Pesawat JKT-TKG v.v +/- 700 ribu per orang (GA), hotel di bandar lampung 800 ribu/malam, transport darat ke kiluan 800 ribu v.v (mobil tergantung persediaan, kemarin pakai Xenia dan APV), perahu ke Pondok Anak Abah 5 ribu per orang sekali jalan, perahu untuk lihat dolphin 250 ribu sekali jalan buat 3 orang, penginapan 400 ribu/malam (termasuk bahan bakar genset) per malam, sekali makan 20 ribu per orang. 

Untuk info lebih lengkap, silakan hubungi:

Teh Empat  +62 813 79600033

Kang Tatang +62 821 85393027

twitter @kiluandolphin