Pages

Friday, August 5, 2005

Biarkan Masa Depan Datang Sendiri


Telah pasti datangnya ketetapan Allah, maka janganlah kamu meminta agar disegerakan (datangnya).        (QS. An-Nahl: 1) 


 


Janganlah pernah mendahului sesuatu yang belum terjadi!  Apakah Anda mau mengeluarkan kandungan sebelum waktunya dilahirkan, atau memetik buah-buahan sebelum masak?  Hari esok adalah suatu yang belum nyata dan dapat diraba; belum berwujud, dan tidak memiliki rasa dan warna.  Lalu mengapa kita harus menyibukkan diri dari hari esok, mencemaskan kesialan-kesialan yang mungkin akan terjadi padanya, memikirkan kejadian-kejadian yang akan menimpanya, meramalkan bencana-bencana yang bakal ada didalamnya?  Bukankah kita juga tidak tahu apakah kita akan bertemu dengannya atau tidak, dan apakah  hari esok kita itu akan terwujud kesenangan atau kesedihan?


Yang jelas, hari esok masih ada dalam ghaib dan belum turun ke bumi.  Maka tidak sepantasnya kita menyeberangi sebuah jembatan sebelum sampai diatasnya. Sebab siapa yang tahu bahwa kita akan sampai atau tidak pada jembatan itu?  Bisa jadi kita akan berhenti jalan sebelum sampai ke jembatan itu, atau mungkin pula jembatan itu hanyut terbawa arus terlebih dahulu sebelum kita sampai diatasnya.  Dan dia bisa jadi pula, kita akan sampai pada jembatan itu dan kemudian menyeberanginya.


Dalam syariat, memberi kesempatan kepada pikiran untuk memikirkan masa depan dan membuka-buka alam ghaib, dan kemudian terhanyut dalam kecemasan-kecemasan yang baru diduga dirinya, adalah suatu yang tidak dibenarkan, hal itu termasuk thulul amal (angan-angan yang terlalu jauh).  Secara nalar, tindakan itu pun tidak termasuk akal, karena sama halnya dengan berusaha melawan bayang-bayang.  Namun ironis, kebanyakan manusia di dunia justru banyak yang termasuk oleh ramalan-ramalan tentang kelaparan, kemiskinan, wabah penyakit dan krisis ekonomi yang kabarnya akan menimpa mereka.  Padahal, semua itu adalah bagian dari kurikulum yang diajarkan di "sekolah-sekolah syetan".


 


 Syetan menjanjikan (menakuti-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir); Sedang Allah menjanjikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia.          (QS. Al-Baqarah: 268)


 


Mereka yang menangis sedih menatap masa depan, adalah yang menyangka diri mereka akan hidup kelaparan, menderita sakit selama satu tahun, dan memperkirakan umur dunia ini tinggal seratus tahun lagi.  Padahal, orang yang sadar bahwa usia hidup nya yang berada di genggaman yang lain tentu tidak akan menggadaikannya untuk sesuatu yang tidak ada.  Dan orang yang tidak tahu akan mati, tentu salah benar bila justru menyibukkan dirinya dengan sesuatu yang belum ada dan tidak terwujud.


 


Biarkan hari esok ini datang sendirinya; jangan pernah menanyakan kabar beritanya, dan jangan pula pernah menanti serangan petakanya!  Sebab, hari ini Anda sudah sangat sibuk.


Jika Anda heran, maka lebih mengherankan lagi orang-orang yang berani menebus kesedihan suatu masa yang belum tentu matahari terbit didalamnya dengan bersedih padahari ini.   Oleh karena itu, hindarilah angan-angan yang berlebihan.

dari La Tahzan


2 comments:

  1. when you know the future, then you don't have the future anymore.....!!!!

    ReplyDelete