Pages

Thursday, February 18, 2010

Pengalaman Buat Kartu NPWP Pengganti

Saya kehilangan kartu NPWP sewaktu pindahan dari Duri ke Jakarta.  Entah terselip di mana...  Dan saya juga tidak melapor ke Kantor Pajak sehubungan dengan kepindahan domisili.. Ah, nakalnya saya...

Tanpa kartu NPWP tapi ingin ke luar negeri gak bayar fiskal? Hehehe saya tidak kehilangan akal.. Saya bawa kopi SPT terakhir saya, dan petugas di airport akan memvalidasi tanpa banyak pertanyaan.. ya ealah.. saya bayar pajak ratusan juta tiap tahun *lebay* wakakakaka

OK, balik lagi ke kartu NPWP.  Adalah ibu saya yang tidak bosan mengingatkan saya untuk mengurus kartu NPWP baru.  Jadi lah minggu ini saya menyempatkan diri membuat kartu NPWP pengganti.

Saya cari referensi di internet untuk pengurusan kartu NPWP Pengganti.  Karena kartu lama hilang, saya harus bikin surat keterangan dari polsek setempat.  Setelah itu, datang ke kantor pajak terdekat dengan membawa fotokopi ktp, nomor NPWP (kalau ingat), dan surat keterangan dari polisi.

Kantor polisi, buka 24 jam.  Hari Rabu malam pulang kantor, saya mampir ke polsek Ciledug.  Gak sampai 15 menit, surat keterangan kehilangan saya dapatkan.

Hari ini saya pergi ke kantor Pajak Kebayoran Lama di Cipulir.  Prosesnya ternyata cukup cepat dan ini mengejutkan saya. 

Masuk kantor, ambil nomer antrian dulu.  Saya pilij tombol warna merah, bertuliskan NPWP, antrian no. 78 (jam 12:05).  Di loket NPWP, sedang diproses nomer urut 66.  Saya tidak perlu lama menunggu karena ada dua petugas di loket NPWP. 

Sewaktu giliran saya dipanggil, saya ditanya kebutuhannya.  Begitu saya bilang, kartu NPWP saya hilang, petugas cuma bertanya apa ada catatan nomer lamanya?  Kebetulan, NPWP saya tercatat di Personal Info C*****n tempat saya nguli.  Saya serahkan satu berkas berisi: fotokopi KTP, catatan perusahaan tentang NPWP saya, SPT terakhir, dan surat keterangan dari polsek.  Eng ing eng... gak sampai 10 menit, jadi deh kartu NPWP saya yang baru (pengganti kartu yang hilang).  Sedangkan berkasnya, dikembalikan semua oleh petugas.

Jam 12:30, saya sudah balik lagi ke kantor...  Enak deh, kalau semua urusan prosesnya cepat seperti ini.

Wednesday, February 17, 2010

From Paris to Eternity (lanjutan Eiffel, Tolong!)

Yaaayy... setelah mengalami proses editing dll yang cukup lama, akhirnya buku ke-2 karangan teman baik saya, Clio, terbit juga *maaf, dia minta nama aslinya untuk dirahasiakan* Kenapa saya bilang cukup lama? Karena saya baca draft buku ini bulan Mei 2009.

Buku ini lanjutan dari Eiffel, Tolong! yang berkisah tentang petualangan anak SMA bernama Fay Regina Wiranata di Prancis.  Nah buku kedua ini, gak kalah seru dari buku pertamanya.  Coba aja deh baca ringkasannya di bawah ini:

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Ringkasan Buku From Paris to Eternity

Lanjutan EIFFEL, TOLONG!

Setelah menyelesaikan "tugas" dari Andrew McGallaghan, Fay Regina Wiranata kembali ke Indonesia, kembali menjadi siswa SMA biasa. Tak secuil pun kisah serunya di Paris ia bocorkan kepada sahabat-sahabat dan orangtuanya.

Fay hampir yakin kehidupannya akan berjalan normal seperti biasa. Namun, ia mendapat kejutan lain yang mau tak mau menyeretnya kembali ke peristiwa di Paris: ia menjadi juara lomba mengarang berbahasa Prancis dengan hadiah kursus singkat selama satu minggu di Paris!

Yakin dirinya tidak pernah mengikuti lomba yang dimaksud, tambahan lagi berita itu disampaikan oleh Institute de Paris yang merupakan kedok penculiknya tahun lalu, Fay tahu ia tidak punya pilihan lain kecuali berangkat ke Paris memenuhi panggilan Andrew.
Hari-harinya ternyata berjalan lebih berat daripada yang ia sangka. Selain mendapatkan pengawasan dari rekan Andrew bernama Philippe Klaan yang sikapnya sangat tidak bersahabat, Fay juga harus menata kembali perasaannya kepada Kent, juga Reno.
Selesai melaksanakan tugas, hidup memberikan kejutan lain yang amat mengguncang Fay: pesawat yang ditumpangi kedua orangtuanya mengalami kecelakaan dan orangtuanya dikabarkan meninggal dunia. Fay harus membuat keputusan terberat dalam hidupnya: tetap di Jakarta dengan ketidakpastian akan masa depan, atau pergi ke Paris demi sebuah kepastian masa depan namun sekaligus membuatnya terpuruk sepanjang masa.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Penasaran gimana cerita lengkapnya? Ayo buruan beli bukunya!  ya ya ya

Wednesday, February 3, 2010

Jeroan vs. Pede

Jeroan di sini bukan babat, paru, dan sebangsanya... tapi underwear.  Kali ini, saya lagi ingin nulis ttg underwear.

Entah kenapa, underwear yang saya pakai amat mempengaruhi kepedean dan mood saya.  Bila saya pakai yang nyaman, bagus dan matching atas bawah, maka saya bisa pede dateng ke miting dan mood saya bagus seharian.  Tapi bila terasa terlalu kencang, terlalu longgar ataupun berasa mau 'tumpah' hihihihi maka saya bisa uring-uringan dan jutek seharian.

Saya suka sekali mencoba macam-macam model dan warna jeroan.  Dari yang semi, full sampai maternity bra, sudah pernah saya coba... huahaha padahal hamil saja belom pernah, apalagi melahirkan.  Dari yang mini, midi, maxi sampai g-string pun pernah saya coba.  Dari kelas pasar ciledug sampe V******a S****t, pernah saya beli.  Persamaannya cuma satu, belinya harus sepasang atau, kalaupun tidak ada pasangannya, akan saya cari sampai dapat warna yang cocok.

Dari berbagai merk yang saya coba, saya suka sekali dengan E***g bra.  Rasanya?  Mantap nek....  gak kuatir bakal kedodoran.. huahahaha  Harganya sepadan dengan manfaatnya.  Merk lain yang jadi favorit saya W****l, talinya kencang dan gak gampang melar, dan memberikan tujuh hari servis purna jualnya.

Saya juga punya jadwal pembelian.  Minimal, saya beli underwear baru tiap enam bulan.  Setelah itu...underwear lama dalam lemari saya keluarkan.  Jumlahnya tidak selalu sama dengan yang barusan saya beli, seringkali lebih banyak yang dikeluarkan.  Tujuannya, supaya bisa cepat beli lagi dengan model lain.. huahahaha

Hari ini, saya gembira... karena saya beli dua pasang underwear baru.  Uhuuuuui....  Kalao pagi-pagi saya datang ke kantor dengan muka sumringah, sambil nyanyi2...kemungkinan besar, saat itu saya sedang pakai underwear baru...

Hihihi maap ya, ngocehnya gak mutu sama sekali...

Jangan Mau Ngantri Sampe Tua...

Kemarin siang, duit di dompet habis.  Dari kantor, saya bergegas ke ATM untuk ambil duit seperlunya. 

Di depan atm dari dua bank sejuta umat, antrian panjang mengular, sampai berbelok-belok.  Disebelahnya, atm bank asing, ada satu orang berdiri di luar.  Terus, di tiga mesin atm bank swasta nasional lain... asli, kosong melompong. Tidak ada orang bertransaksi, apalagi antri di belakangnya.

Saya melenggang ke arah salah satu atm itu.  Masukin kartu yang dikeluarkan oleh bank lain.  Pilih transaksi penarikan tunai, dan jebreeet...dalam sekejap uang keluar, tanpa biaya sesen pun.

Selesai ambil duit, ada seorang ibu berkata,"kok bisa ambil duit dari atm itu padahal kartu saya dari bank lain?"  Saya bilang aja," ini kan ATM Bersama bu... asal ada logo di kartu atm dan mesinnya, pasti bisa.  Selain penarikan tunai, bisa juga buat transfer dan bayar kartu kredit lho bu"

Ibu itu manggut-manggut sambil melihat kartu atmnya.  Kemudian pelan-pelan berjalan meninggalkan antriannya menuju atm yang kosong.  Dia bilang, mau ambil duit dari ATM Bersama aja...  Setelahnya, saya sempat memperhatikan beberapa orang meniru jejaknya.

Jadi, ngapain antri lama-lama, kalau bisa pakai ATM Bersama?  Mudah, cepat, dan tanpa biaya (untuk penarikan tunai).  Untuk cek saldo dan transfer antar bank peserta ATM bersama, biayanya lima ribu rupiah saja..  Gampang kan?

 

*pemakai setia ATM Bersama sejak tahun 2006*