Hai hai… gak pernah update blog, sekali diupdate, isinya cerita tentang operasi gigi J
Iya, benar! Akhirnya 4 gigi geraham bungsu (wisdom tooth) saya dibuang minggu kemarin. Setelah tertunda 7 bulan karena jadwal kantor yang padat dan mental yang belum kuat, akhirnya saya memutuskan untuk operasi gigi geraham bungsu.
Kenapa gigi bungsu itu harus dibuang? Karena… kalo kata orthodontist saya, gigi bungsu itu banyakan mudaratnya daripada manfaatnya.
Dua gigi bungsu atas (kiri kanan), keluar atau biasa disebut erupted. Tapi gigi-gigi yang keluar ini mengganggu gigi-gigi di sebelahnya. Karena letaknya yang dalam dan sulit dijangkau sikat gigi, kebersihannya kurang terjaga. Akibatnya, gigi geraham itu sering bengkak karena infeksi. Kuatir infeksinya menyebar ke gigi sebelah, maka… gigi-gigi itu harus dibuang.
Dua gigi bungsu bawah (kiri kanan), tidak keluar, karena tidak cukup ruang di rahang bawah. Akibatnya gigi ini mengalami apa yang disebut horizontal impacted. Hal seperti ini adalah biasa, dan banyak terjadi. Pada kasus saya, gigi impaksi itu letaknya terlalu dalam, dan dekat sekali dengan syaraf dan pembuluh darah besar (nerve and blood vessels). Resiko bila gigi-gigi itu diambil dan terkena syaraf, maka saya akan mengalami baal (kebal) permanen ataupun sementara di sekitar rahang bawah, bawah bibir dan lidah.
Hmmm…. Serem ya?
Apabila tidak diambil, resikonya gigi depan saya akan crowding setelah braces saya dilepas. Crowding atau shifting ini bisa terjadi akibat desakan gigi geraham bungsu yang horizontally impacted tadi, yang tekanannya sangat kuat. Pilihannya, saya harus pakai braces seumur hidup atau gigi depan saya maju mundur.
Huhuhuhu… bukan pilihan yang menyenangkan…
Saya banyak bertanya sana sini, baca-baca referensi di internet, dan cari second opinion ke dentist lain, keputusannya sama: odontektomi alias operasi pengangkatan geraham bungsu.
Tahap pertama yang saya lakukan adalah konsultasi dengan dokter bedah mulut (drg Abdul Latief, SpBM – RS Pondok Indah). Berbekal hasil foto rontgen panoramic, dr Latief bilang untuk meminimalkan resiko, operasi akan dilakukan dengan bius total. Terus, gusi saya akan dirobek, dan gigi geraham yang melintang akan dipotong-potong, baru dipunguti J J hihihi ngilu dengernya Dengan proses ini, trauma pada syaraf dan pembuluh darah bisa dihindari.
Setelah itu, saya melakukan test lab (darah dan urine) komplit + photo thorax. Pemeriksaan ini perlu dilakukan karena saya akan dibius total. Hasil test darahnya, laju pembekuan darah saya lambat L dan saya harus minum vitamin K selama seminggu sebelum operasi. Sedangkan hasil foto thorax bagus, kata dokternya komposisi jantung dan paru-paru seperti atlet huahaha atlet egrang dari hongkong ya dok.. :P
Saya dioperasi tgl 23 oktober, jam 4 sore dan saya diingatkan untuk puasa mulai jam 8 pagi. Eh dokternya baik deh, pagi-pagi jam 9 nelpon saya, ngingetin.. jangan lupa puasa ya J
Berangkat jam 10 dari rumah, sempat dimarahin emak karena pengen bawa mobil sendiri.. wakakaka susah deh klo pembalap… bawaannya gatel klo gak nyetir J J Saya bilang, ini kan operasi ringan, bu.. tapi untung jg gak jadi nyetir sendiri… karena efek bius setelah operasi cukup panjang hahaha
Tiba di rumah sakit, saya urus-urus kamar dan konfirmasi surat jaminan dari kantor. Hihihihi saya dapat kamar kelas I di maternity ward. Bookingnya VIP, tapi penuh karena sedang ada renovasi. Akhirnya saya pasrah aja waktu dikasih tau, saya dapat di kelas I wing C tempat orang melahirkan. Temen sekamar saya juga ternyata pasien bedah.
Jam 12 siang, ada kunjungan dari dokter anesthesia. Kunjungan ini dilakukan untuk mengetahui keaadan pasien sebelum dioperasi dan untuk mempertimbangkan obat2 anestesi yang akan dipakai. Prof. dr. Ruswan Dahlan Sp. An(?) mengajukan beberapa pertanyaan seperti: pernah/tidak dioperasi, ada alergi obat/tidak. Dokter Ruswan bilang, dia akan mendampingi saya sampai saya sadar nanti. Alhamdulillah…
Jam 13, drg Latief datang, kasih tau kalau operasi dimajukan jadi jam 15:00. Oiya, sejak kedatangan, tekanan darah dan suhu tubuh saya diperiksa tiap jam. Tensi saya yang biasanya normal di 80/60 sempat naik ke 130/80 sebelum akhirnya stabil di 120/70.
Jam 14, saya disuruh ganti baju operasi, buka kontak lens, lepas jam dan cincin. Sempat saya tanya perawat, baju dalam dipakai atau tidak? Perawat bilang, harus dilepas… masuk ruang operasi harus steril… hihihihi saya kan mau operasi gigi, bukannya mau melahirkan J
Jam 15, saya digiring menuju ruang operasi pakai kursi roda. Saya masih bawel lah di sini… minta ibu, tante Hani dan Oom Firdaus buat pulang. Kasian kan klo mereka pake nginep sementara operasi saya Cuma operasi ringan.. hihihi kesannya cemen banget…
Terus saya dipasangi topi operasi yang warna hijau, dipasangi infuse di tangan kiri dan masuk ke kamar operasi. Dr. Latief masuk dan ngajak ngobrol.. sepertinya supaya saya rileks. Terus beliau minta izin sholat Ashar. Sementara itu, perawat bedah memasang automatic tensimeter di tangan kanan dan alat monitor jantung di dada. Mas perawat bedah itu juga bilang, nanti kalau sudah tidak sadar, saya akan dipasangi selang oksigen di hidung J
Terakhir saya melihat jam adalah jam 15:30, sewaktu dr. Ruswan memasukkan obat bius ke dalam saluran infus. Saya lihat beliau bawa 3 tabung, tapi baru tabung pertama yang masuk…saya sudah teler..terbius, dan tidak sadarkan diri.
Ketika saya sadar, sayup-sayup saya dengar adzan magrib dari mushola di lt 2. Pandangan saya kabur, dan tenggorokan saya kering. Refleks saya langsung menuju ke daerah bibir, lidah dan sekitar pipi. Alhamdulillah, saya masih bisa merasakan semuanya. Kekhawatiran terbesar saya tidak terjadi.
Ternyata, proses pemulihan saya sejak sadar pertama kali, makan waktu cukup lama. Jam 20:00 saya dibawa kembali ke kamar. Saya masih error, dan berasa blo’on… tapiiii bawelnya teteeeeep J Dengan mulut masih tersumbat tampon, saya minta ibu saya buat pulang saja.. hihihih kasian kaaaan karena saya gak dapet kamar VIP, ibu gak bisa ikut istirahat dengan layak dan enak.
Keluar kamar operasi, dr. Latief member saya satu ampul berisi gigi-gigi yang diambil. Waktu saya bandingan dengan xray nya, yang atas, diambil dengan rapi dan utuh, tapi yang bawah harus dipotong-potong, sesuai rencana.
Jam 22:30, tampon dibuka dan saya boleh minum. Aaaah, enaknya minum teh manis hangat. Alhamdulillah lagi, saya tidak mengalami perdarahan.
Paginya, saya sudah boleh sarapan bubur sumsum. Huaaa, seperti biasa, saya makan dengan lahap. Tapi, karena masih ada efek bius dan obat penahan rasa sakit, kira-kira satu jam setelah sarapan, saya pusing dan mual. Perawat minta saya untuk tidur saja.. jangan lawan efek biusnya..
Jam 9 pagi, dr. Latief datang. Menanyakan kabar saya dan apa yang saya rasakan di sekitar mulut dan daerah operasi. Tentu saja beliau gembira, waktu saya bilang tidak ada perdarahan, tidak kesemutan apalagi baal. Karena kalau sampai baal atau kesemutan, ada treatment lanjutan. Dokter jg bilang, saya boleh gosok gigi dan beraktivitas seperti biasa. Yaay…
Jam 11, saya ke admission, urus administrasi and persiapan check out. Boooo, operasi odontektomi 4 gigi, bius total, dan rawat inap satu malam ngabisin biaya 21 juta rupiah saja.. Mahal ya? Kurang lebih sama dengan biaya melahirkan dengan operasi Caesar J J Bedanya, kalau operasi Caesar dapat bayi, operasi gigi, giginya malah dibuang hihihii
Jam 12, saya makan siang, bubur nasi putih dengan lauk puyunghai, tumis tahu, dan sop daging yang empuuuuk sekali.
Jam 13, saya pulang. Masih teler dan melayang layang…tidur terus sepanjang perjalanan pulang.
Hari ini, 4 hari setelah operasi, bengkaknya berangsur hilang dan nyeri dibagian yang dijahit sudah jauh berkurang.