Kemarin pagi aku terlambat datang ke kantor. Not just because i woke up late... tapi emang lagi rada santai aja. Lawrence is on vacation, Mas Muhlis is acting as Manager now, and I've closed my 2005 performance agreement.
Sampai di kantor, buka pintu, turn on the lights, and check my emails. Email paling atas yang masuk ke mailbox-ku adalah email dari Basuki, my team mates. He got to leave soon coz his father passed away early in the morning. Inna lillahi wa'inna ilaihi rodjiun... Semoga arwah almarhum mendapat tempat yang sebaik-baiknya di sisi Allah SWT. Amin.
Basuki kelihatan tegar, karena dia masih bisa kirim to do list while he is away. Aku tau, walaupun nggak bisa mendampingi ayahandanya di saat2 terakhir, dia tidak menyesal minggu lalu meninggalkan initial testing sumur eksplorasi di area kita, untuk menjenguk ayahnya yang saat itu sudah terbaring sakit. Basuki menyempatkan diri menemani sang ayah di kala sakit walaupun harus mengorbankan pekerjaannya.
Tulisan ini dikirim mas Hendro ke milis anak2 S2 PAM ITB, setelah aku kirim kabar duka cita di atas. So touched!
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Ketika aku sudah tua, bukan lagi aku yang semula.
Ketika pakaianku terciprat sup, ketika aku lupa bagaimana mengikat sepatu, ingatlah bagaimana dahulu aku mengajarmu.
Ketika aku berulang-ulang berkata-kata tentang sesuatu yang telah bosan kau dengar, bersabarlah mendengarkan, jangan memutus pembicaraanku.
beribu-ribu kali kuceritakan agar kau tidur.
Ketika aku memerlukanmu untuk memandikanku, jangan marah padaku.
Ingatkah sewaktu kecil aku harus memakai segala cara untuk membujukmu mandi?
Ketika aku tak paham sedikitpun tentang tehnologi dan hal-hal baru, jangan mengejekku. Pikirkan bagaimana dahulu aku begitu sabar menjawab setiap "mengapa" darimu.
Ketika aku tak dapat berjalan, ulurkan tanganmu yang masih kuat untuk memapahku. Seperti aku memapahmu saat kau belajar berjalan waktu masih kecil.
Ketika aku seketika melupakan pembicaraan kita, berilah aku waktu untuk mengingat. Sebenarnya bagiku, apa yang dibicarakan tidaklah penting, asalkan kau disamping mendengarkan, aku sudah sangat puas.
Ketika kau memandang aku yang mulai menua, janganlah berduka.
Mengertilah aku, dukung aku, seperti aku menghadapimu ketika kamu mulai belajar menjalani kehidupan. Waktu itu aku memberi petunjuk bagaimana menjalani kehidupan ini.
Sekarang, temani aku menjalankan sisa hidupku.
Beri aku cintamu dan kesabaran, aku akan memberikan senyum penuh rasa syukur, dalam senyum ini terdapat cintaku yang tak terhingga untukmu.