Kemarin tgl 13 May 2008.
Tepat 10 tahun yang lalu, terjadi kerusuhan dan penjarahan besar-besaran di
Kemarin, adalah pertama kalinya saya ikut kelas yoga. Kenapa saya pilih yoga? Karena saya merasa sudah tidak cocok lagi dengan olah raga high impact yang penuh dengan gerakan cepat dan keringat yang mengalir deras sesudahnya. Sewaktu tinggal di Duri, saya main badminton tiga kali seminggu!
Saya ikut kelas di Rumah Yoga, jalan Lamandau, Jakarta Selatan. Biaya olah raga yang saya keluarkan per bulan akan saya reimburse ke kumpeni tempat saya bekerja. Enak
Instruktur yoga saya, bernama Ibu Sita. Di awal kelas, beliau tanya siapa yang baru pertama kali ikut kelas yoga? Saya spontan tunjuk tangan. Bu Sita bilang, kita akan mulai perlahan-lahan dan jangan memaksakan suatu gerakan kalau dirasa sulit. Alhamdulillah, saya bisa melalui kelas yoga tanpa rintangan. Satu setengah jam berlalu tanpa terasa. Di akhir kelas, ibu Sita datang menghampiri saya dan menanyakan keadaan saya. Saya bilang, saya OK dan terima kasih untuk kelas hari ini. Alhamdulillah, semua gerakan dasar itu saya lalui tanpa rintangan. Saya kasih tau rahasianya ya! Saya setiap hari memang melakukan gerakan-gerakan dasar seperti dalam kelas yoga! Iya betul! Gerakan sholat yang setiap hari saya lakukan, pada dasarnya adalah koordinasi antara hati, pikiran, dan gerak tubuh.
Sewaktu saya bersiap-siap pulang, saya merasa melihat seseorang dari masa lalu. Kuatir saya salah, dan terlanjur menegur, saya melihat daftar nama di resepsionis. Ternyata memang benar dugaan saya!
Saya jumpa kawan lama, yang terakhir saya jumpai persis sepuluh tahun yang lalu! 13 May 1998, kawan saya tersebut mengantar saya pulang ke Ciledug, di tengah riuhnya huru hara dan kerusuhan yang melanda
Ah Gusti… rencanaMu memang gak pernah bisa diduga.
Kumpeni, terima kasih ya… buat budget olah raga yang diberikan tiap bulan.
Gusti, terima kasih ya… karena telah meringankan langkah saya menuju Rumah Yoga.
Dan terutama ya Gusti… terima kasih karena telah mempertemukan saya dengan seorang kawan lama..dan kami bisa melanjutkan silaturahmi yang terputus tepat 10 tahun yang lalu.
*Mbak Meir, habis ini saya akan kirim email untuk dirimu. Dikau masih tetap cantik seperti dulu, mbak…